Berfikir, Tafakkur dan Tadabbur



Salah satu keunggulan manusia terletak pada kekuatan berfikirnya. Menurut filsafat,definisi manusia adalah hewan yang berfikir (al’insanu hayawanun nathiqun). Manusia adalah hewan, kelebihannya ada pada kemampuannya berfikir. Jika manusia tidak lagi mampu berfikir, gila misalnya, maka yang tersisa hanya tinggal aspek hewannya dan bahkan meski orangnya gemuk sering dihargai lebih murah dibanding hewan yang kurus. Kemampuan berfikir merupakan wujud kecerdasan seseorang, tetapi kini sudah diketahui bahwa kecerdasan yang produktip bukan hanya kecerdasan intelektuil (berfikir) tetapi juga ada kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Nah khusus tentang berfikirpun bukan hanya satu kualitas, tetapi ada tiga yaitu tafakkur dan tadabbur disamping berfikir itu sendiri yang kesemuanya berasal dari bahasa Arab.


Berfikir
Berfikir adalah kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang sebagai pengganti obyek dan peristiwa. Berfikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang nampak. Orang yang sedang berfikir keras terlihat duduk diam, tetapi sesungguhnya ia sedang mengerjakan begitu banyak hal, berhubungan dengan berbagai tempat, benda dan waktu. Fikiran (bahasa Arabnya al fikru) adalah potensi yang dapat mengantar pengetahuan sampai kepada obyek yang diketahui,atau dalam bahasa Arab disebut (quwwatun muthriqatun li al`ilmi ila alma`lum). Sedangkan berfikir artinya menggunakan potensi itu sesuai dengan kapasitas intelektualnya. Dalam kehidupan sehari-hari berfikir diperlukan untuk
(a) memecahkan masalah (problem solving),
(b) untuk mengambil keputusan (decision making) dan
(c) untuk melahirkan kreatifitas baru (creativity).

Dalam sastra Arab disebutkan bahwa kalimat berfikir (fakara) adalah kalimat terbalik dari kalimat faraka yang artinya menggosok-gosok. Jadi berfikir itu bagaikan orang yang menggosok-gosok dan mencari-cari sesuatu agar diketahui hakikatnya.

Metode Berfikir
Ada orang yang selalu berfikir (failasuf), ada yang hanya kadang-kadang saja berfikir (orang awam) dan ada yang berfikir setiap kali merasa perlu harus berfikir (teknisi). Ada orang yang seperti berfikir(melamun), dan ada orang yang berfikir secara realistis. Berfikir realistis disebut juga dengan berfikir nalar (dari bahasa Arab nadhar yang artinya memandang). Berfikir realistis atau nalar biasanya dibedakan pada dua metode yaitu induktip dan deduktip.

Berfikir deduktip artinya mengambil kesimpulan khusus dari pernyataan umum,misalnya ; semua pejabat korupsi, pak Hasan gebernur, maka kesimpulannya pak Hasan koruptor. Sebaliknya berfikir induktip artinya mengambil kesimpulan umum dari pernyataan khusus,misalnya; Gara-gara melawan Gus Dur, Matori Abdul Jalil jatuh, Abu Hasan juga jatuh, Pak Alwi Syihab juga jatuh, Saufullah Yusuf juga jatuh, maka kesimpulannya siapapun yang berani melawan Gus Dur ia pasti jatuh.

Disamping kedua metode berfikir itu ada metode berfikir yang disebut berfikir evaluatip, yaitu berfikir kritis, memilah-milah masalah, membuat distingsi dan menilai apakah sesuai atau tidak, tepat atau tidak tepat. Kemampuan berfikir tidak menjamin keberhasilan, berfikir logis terkadang membuat ruwet, berfikir tidak logis terkadang lebih praktis dan aman. Banyak masalah ketika dibicarakan secara serius, dicarikan solusinya justeru menjadi semakin ruwet, ketika tidak dipikirkan justeru masalah itu selesai dengan sendirinya. Berfikir mempersatukan PKB Muhaimin Iskandar dan PKB Gus Dur mungkin ruwet, tetapi ketika gak usah dipikir repot-repot malah nanti PKB akur sendiri.


Berfikir Kreatip
Metode berfikir digunakan dimaksud agar memperoleh kesimpulan yang benar, keputusan yang tepat, problem solving yang tepat atau penemuan yang valid. Ternyata tidak semua masalah dapat dipecahkan dengan metode berfikir konvensionil, karena metode tertentu hanya cocok untuk masalah tertentu juga. Misalnya, untuk membantu rakyat miskin dari dampak kenaikan BBM, dilakuan bantuan langsung tunai. Ternyata bantuan langsung tunai tidak kena sasaran karena uang itu malah mendidik perilaku konsumtip kepada orang miskin.
Untuk memecahkan masalah yang dilematis diperlukan adanya cara berfikir kreatip (creative thinking), yakni berfikir dengan menggunakan metode baru, konsep baru, penemuan baru, paradigma baru dan seni yang baru pula. Urgensi pemikiran kreatip bukan pada kebaruannya, tetapi pada relevansinya dengan pemecahan masalah. Karena kebaruan dan tidak konvensionalnya metode berfikir kreatip, maka orang yang kreatip sering tidak difahami oleh orang kebanyakan, dan tak jarang dianggap aneh atau gila (berfikir gila). Memang orang besar dengan orang gila itu jaraknya sangat tipis.

Jika dihubungkan dengan typology kepemimpinan,maka ada
(a)pemimpin yang muncul tepat pada zamannya, ada
(b)pemimpin yang karena kelamaan menduduki kursi kepemimpinan hingga kehilangan kreatifitas dan tidak cocok dengan zamannya menjadi pemimpin kedaluwarsa, dan ada
(c) pemimpin yang datang mendahului zamannya. Pemimpin yang datang mendahuluizamannya biasanya fikiran-fikirannya sangat kreatip sehingga tidak bisa difahamioleh orang sezamannya. Sepeninggalnya, sepuluh duapuluh tahun kemudian baru orang faham apa yang dimaksud oleh sang pemimpin itu.

Indonesia pada situasi dillematis sekarang ini membutuhkan kehadiran pemimpin yang kuat kesabaran politiknya tetapi juga kreatip, bukan yang ”grasa-grusu” hiper aktip ingin cepat menggapai perubahan.


Proses Berfikir Kreatip
Secara psikologis, proses berfikir kreatip itu melalui lima tahap.
1.Orientasi, yakni merumuskan dan mengidentifikasi masalah
2.Preparasi, yakni mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi
3.Inkubasi, yaitu berhenti dulu, tawaqquf dulu, cooling down dulu ketika mengalami kesul;itan mencari jalan pemecahan,
4.Iluminasi, yaitu mencari ilham, bisa dengan menyanyi, tidur, golf, atau berjalan-jalan secara tidakbiasa ke tempat yang tidak biasa
5.Verifikasi, yaitu menguji dan menilai secara kritis pemecahan masalah yang difikirkan.

Timbulnya pemikiran kreatip disamping didorong oleh kapasitas personal yang memang kreatip, juga didukung oleh situasi kebudayaan. Dalam lingkungan kerja otoriter, berfikir kreatip bisa membahayakan diri.

Ciri-ciri orang kreatip adalah
(a) memiliki kecerdasan diatas rata-rata,
(b) memiliki sifat terbuka,dan
(c) memiliki sikap yang bebas, otonom dan percaya diri.


Tafakkur disebut juga merenung.
Jika fikiran itu suatu potensi yang bisa menghubungkan konsep ilmu dengan obyek, maka tafakkur ataumerenung adalah pengembaraan potensi itu mengikuti kapasitas akalnya.Tidak semua orang bisa bertafakkur, hanya orang dengan kualitas intelektual tertentu yang bisa bertafakkur, sedang orang awam biasanya tersesat pada lamunan, bukan renungan. Obyek berfikir biasanya "teknis" sedangkan obyek renungan sifatnya sangat luas, misalnya merenungkan makhluk ciptaan Tuhan, merenungkan proses pergantian siang dan malam, merenungkan perjalanan hidup dirinya atau perjalanan hidup suatu bangsa. Tuhan melalui al Qur'an banyak sekali menegur manusia yang tidak mau bertafakkur (afala tatafakkarun) . Produk tafakkur bukan hanya ilmiah, tetapi bahkan menggapai hakikat sesuatu. Bertafakkur bebas bisa menghasilkan filsafat dan orangnya disebut failasuf, sedangkan bertafakkur yang berdimesi vertikal bisa mengantar orangnya menjadi ulu al-albab yang renungannya bukan saja berbentuk ilmu pengetahuan atau filsafat, tetapi juga tercermin pada perilaku orang yang mengetahui rahasia berbagai fenomena alam dan kehidupan.

Bertadabbur.
Tadabbur berasal dari bahasa Arab dubur yang artinya dibalik atau dibelakang. Jika orang bertafakkur fikirannya melayang-layang kewilayah yang sangat luas dan jauh, tadabbur langsung menangkap apa yang ada dibalik yang difikir. Orang yang dendam sering berfikir keras bagaimana caranya membalas dendam dengan volume yang lebih dahsyat tapi ia berharap tindakan dendamnya tidak diketahui orang, tetapi ketika suatu ketika ia mengalami hal yang sama persis dengan kejahatan yang ia perbuat, maka ia langsung bisa melihat hakikat dibalik peristiwa. Maka sejak peristiwa itu ia takut mendendam, sebaliknya ia selalu menebar kasih sayang.

Orang yang memandang bentangan alam luas, fikirannya bisa melayang-layang jauh hingga kepada Tuhan sang Pencipta. Tetapi seorang yang untuk pertama kalinya menjalankan ibadah haji, ketika di Ka`bah iabisa mencium hajar aswad dan bisa berdoa di multazam, maka ia tidak bisa berfikir melayang-layang jauh. Yang terasa ia merasa disambut langsung oleh Tuhan sehingga dari ratusan ribu orang tawaf ia merasa dipilih langsung oleh Nya untuk bisa mengadu di multazam. Ia tidak mengerutkan keningnya seperti orang yang bertafakkkur, tetapi airmatanya bercucuran, ia merasa sangat diistimewakan oleh Tuhan padahalia merasa sudah banyak melakukan dosa.

Al Qur'an surat Qaf 16 menyebut bahwa Tuhan berada pada jarak yang lebih dekat dibanding urat leher manusia, mengawasi lalu lintas bisikan jiwa, bukan hanya apa yang diperbuat dan dikatakan, tetapi apa yang hanya terlintas di dalam hatipun Tuhan mengetahui. Teks ayat ini merupakan informasi bagi manusia bahwa tidak ada sesuatupun yang dilakukan oleh manusia, yang baik maupun yang buruk kecuali pasti diketahui oleh Tuhan. Tidak ada sesuatu yang bisa dimanipulasi dari pengawasan Tuhan.
Tetapi efektifitas informasi dari ayat ini diterima secara berbedaoleh manusia, bergantung pada bagaimana tingkat pemahamannya, karena manusia ada yang hanya mampu berfikir, yang lain sudah bertafakkur, dan yang lain sudah bertadabbur.

Berfikir bisa menyerap informasi, tetapi hasilnya hanya bersifat kognitip.

Bertafakkur bisa membayangkan ruang lingkup informasi, dan hasilnya bisa bersifat afektip.

Bertadabbur bisa merasakan kekuatan informasi sehingga hasilnya bukan hanya kognitip dan afektip, tapi sudah psikomotorik.

Orang yang sudah bisa bertadabbur terhadap ayat suci maka dalam dirinya sudah ada sistem pengawasan melekat. Ia tak pernah berandai-andai, memperhitungkan atau membayangkan melakukan suatu penyimpangan dengan harapan tidak akan ketahuan. Orang seperti ini sudah alergi terhadap hal-hal yang menyimpang. Nah saya yakin di negeri kita, baik yang mengawasi maupun yang diawasi mayoritas masih berada pada tataran berfikir, sedikit sekali yang bertafakkur dan hanya satu dua yang sudah bisa bertadabbur. Oleh karena itu hanya sistem yang ketat dan tepat yang bisa meminimalisir perilaku menyimpang aparatur negara , aparatur yang diawasi maupun aparatur yang mengawasi. Wallohu a`lamubissawab.

Popular posts from this blog

Mengenal Concurrency Control pada Database

Normalisasi Tabel

Hidup Sehat Alami-Dr.Tan Tjiauw Liat